Minggu, 25 Maret 2018

TAK SUKA



"De, ini wajit nya.. dimakan ya.." ibu itu menawari anak nya

"Engga mau ah Bu.." jawabnya menolak

"Kenapa?" Tanya ibu penasaran

"Kemanisan Bu. Hehehehe" ujar nya memberi alasan

"Ah kamu, giliran sama dodol aja doyan. Gak bilang kemanisan.." ibunya menimpali

"Hehehehe. Iya juga ya Bu, padahal manisnya sama"

Inilah kita. Ketika tidak suka sesuatu, selalu mencari alasan untuk membencinya, untuk menjauhi nya.

Padahal, ketika hal itu ada di sesuatu yg lain, kita tidak mempermasalahkan nya. Malahan, bisa jadi kita menyukainya..

Jadi, sebaik apapun sesuatu, jika sudah dasarnya tidak suka, Maka yg muncul adalah keburukannya. Kesalahannya.

Minggu, 18 Maret 2018

JANGAN JADI MANUSIA YANG RUGI




Wah kayanya udah ketebak nih tentang apa? Eh udah ketebak belum nih? Ya udah kalau gitu kita lanjut aja..

Tahu kan kalau manusia itu dalam kerugian? Iya betul! Udah tercantum di surat Al-Ashr

“Demi massa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Nah, ternyata ada 3 golongan nih yang gak rugi. Golongan apa aja?

1.      Orang yang beriman
 
2.      Orang yang mengerjakan amal sholeh

3.      Orang yang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran


Sudahkah ketiganya ini tertancap dalam diri di hari-hari yang kita lalui? 

Jika belum,
Yuk perbaiki imannya, tambah terus imannya. Charge terus.

Yuk perbaiki amal sholehnya. Hari ini udah berbuat baik belum?

Yuk saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Gak harus kita udah bener banget sama sabar banget kok. Makanya kalimat nya “saling menasehati”, sebab ada timbal balik, bukan Cuma kita doang yang ngasih nasehat, tapi kita juga terima nasehat.



PERKARA REMEH YANG BERDAMPAK




“aduh sakit..” keluh sang ibu

“kenapa bu?” sang anak penasaran
“selangkangan ibu sakit nih, keseleo. Tadi abis ngebersihin beras di kamar mandi, eh kepeleset, gara gara nginjek lap, lapnya licin lagian” jelas ibu

si anak ini mikir dalam hati, (lapnya licin? kok baru sekarang kejadian kepelesetnya? kan bukan lap baru itu..)

“oh gitu bu, mau di urut gak?” sang anak berusaha ngasih solusi

“boleh boleh. Tapi sama siapa?” 

“biasa bu, yang ibu-ibu tukang urut yang itu lho, yang gak bisa melihat.”

“emng dia bisa?” ibu meragukan

“bisa kayanya bu, kan udah biasa dia..”

Si anak pun jemput ibu-ibu tukang urut. Ya, memang orangnya itu buta, tak dapat melihat, makanya di jemput aja. Dibawa tuh ke rumahnya, ngurut ibunya anak ini deh..

Selesai di urut, si anak penasaran. 
 
“gimana bu? Udah mendingan?” tanyanya penasaran

“iya alhamdulillah udah mendingan. Tapi tadi aneh tahu..” si ibu mulai cerita

“aneh kenapa bu?” si anak makin penasaran

“tadi kan ibu ceritain tuh kronologinya sama si ibu itu, eh dia bilang ‘keluar dari kamar mandinya pake kaki kiri sih. Kan adabnya pake kaki kanan.’ padahal ibu gak cerita lho, kalau ibu pas keluar pake kaki kiri, tapi dia tahu.”

“nah kan hayo... hehehe”

“iya, aneh deh, lagian itu juga hal sepele sih, kadang suka gak kerasa, gak terlalu di perhatiin”

begitulah, banyak yang terjadi di dalam kehidupan kita itu seolah sebab yang di luar kita, padahal yang di luar kita itu udah urusan Allah. dan ternyata, yang salah itu tetep diri kita. 

“Jangan remehkan perkara yang remeh, karena bisa jadi itu akan berdampak”

HARUSKAH MENJADI ALIM DULU SEBELUM MENYURUH ORANG???




Ketika itu, saya pernah membaca artikel yang salah satu kutipan kalimatnya..

“orang yang cerdas adalah orang yang berdakwah sampai alim, bukan nunggu alim dulu baru berdakwah”

Gimana? Setuju kah sama kalimat ini? saya sih termasuk yg setuju. Tapi, kalimat ini bisa ditentang banget sama mereka yang berpegang teguh sama surat Shaff ayat 2-3.

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)

Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)

Dengan berlandaskan ayat itu, jika ada orang yang berbagi ilmu, berbagi nasehat, eh malah dibalikin “kamu udah ngerjain belom? Jangan Cuma ngomong doang..” ada juga yang bilang “kaya sendirinya udah bener aja”. Jangan gitu lah boss, gimana sih rasanya kalau kita digituin? Engga enak kan...

Bener gak kalau respon kaya gitu? Kayanya kurang tepat deh. Baca deh surat Al-Ashr. 

“saling menasehati dalam kebenaran, saling menasehati dalam kesabaran”

Tuh, Saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran di ayat itu gak pake syarat lho. Jadi kalau ada yang berbagi ilmu, berbagi nasehat, alangkah lebih baiknya kita berlaku bijak. Jangan malah nyinyir.

Coba bilang sama dia “Alhamdulillah ada yang ngasih ilmu, alhamdulillah ada yang nasehatin, moga aja kita bisa dimudahkan dalam mengamalkannya”. Nah gitu dong boss. Kan enak respon nya. Apalagi tambahin senyum dah...

Jangan selalu kita nuntut orang buat bener dulu, baru ngajak kita. Mendingan bareng bareng ngebenerin diri...

Coba deh, sekarang perhatiin dulu perkataan ulama, yang udah mantep ilmunya, jangan sampai kita menyimpulkan sendiri, sedangkan ilmu belum mumpuni..

Sa’id bin Jubair mengatakan, “Jika tidak boleh melakukan amar makruf dan nahi mungkar kecuali orang yang sempurna niscaya tidak ada satupun orang yang boleh melakukannya.” Ucapan Sa’id bin Jubair ini dinilai oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat. (Tafsir Qurthubi, 1/410)

Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata kepada Mutharrif bin Abdillah, “Wahai Mutharrif nasihatilah teman-temanmu.” Mutharrif mengatakan, “Aku khawatir mengatakan yang tidak ku lakukan.” Mendengar hal tersebut, Hasan Al-Bashri mengatakan, “Semoga Allah merahmatimu, siapakah di antara kita yang mengerjakan apa yang dia katakan, sungguh setan berharap bisa menjebak kalian dengan hal ini sehingga tidak ada seorang pun yang berani amar makruf nahi mungkar.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)

Al-Hasan Al-Bashri juga pernah mengatakan, “Wahai sekalian manusia sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal aku bukanlah orang yang paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah. Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)

CARA KETIKA INGIN TAAT BERIBADAH




Banyak sekali diantara kita yang mempertanyakan perihal “Bagaimana caranya agar terasa ni’mat dalam menjalankan ibadah?” ya mungkin termasuk kamu yang sedang baca ini, juga saya selaku penulis di artikel ini. 

Setelah lama mencari jawaban ini, ternyata rumusnya simple, tapi prakteknya ini yang mungkin gak sesimple itu, gak semudah ngucapin, gak semudah nulis. Tapi yakinlah. Kita pasti bisa. In syaa allah..

Saat seseorang menyukai yang bersih, apakah ia juga menyukai yang kotor? Tentu tidak ya. Setuju nih? Setuju aja dah... 

Ketika itu, salah seorang ustadz sedang mengisi ceramah, ceramahnya asyik, gak membosankan, dan ia membahas prihal ini.

“kamu tak akan merasakan ni’matnya beribadah jika kamu masih mengerjakan yang haram”

Dari kalimat tersebut, sudah bisa diambil benang merah, bahwa kalau kita mau ni’mat dalam ibadah, pertama kali yang harus kita benahi adalah... 

“TINGGALKAN YANG HARAM”

Kalimat itu berbanding lurus dengan Al-Qur’an, surat Al-Ahzab ayat 4. Langsung artinya aja ya...

“Tidaklah Allah Ta’ala menjadikan pada diri seseorang dua hati dalam satu rongganya.” 

Jadi, 

“ketika kita merasakan ni’mat dalam kemaksiatan, niscaya kita tidak akan merasakan ni’mat dalam ketaatan”


Kamis, 15 Maret 2018

KEBAIKAN YANG KEKAL



"Assalamualaikum mang. Lagi jaga?" Ustadz itu menyapa satpam penjaga pondok.

"Wa'alaikumussalam. Iya nih tadz" jawabnya singkat.

Tak tau mengapa si ustadz ini tiba tiba ngecek kantong bajunya.. eh Nemu duit 10 ribu. Dikasih dah..

"Nih mang, buat beli baso.." kata ustadz itu sambil menyodorkan uangnya

"Eh. Makasih nih ustadz.." jawabnya dengan penuh senyuman.

"Iya mang sama sama"

Ketika cek dompet, ternyata uang 10 tadi itu uang terakhirnya. Tapi tak tau kenapa beliau ingin memberikan nya.

Hpnya berbunyi. Ternyata ada pesan. Masuk.

"Ustadz, kemeja pesenan antum udh ada nih. Ana kirim sekarang ya.."

Kaget nih Ustadz. Emng sih dia mesen, tapi sekarang uangnya nol rupiah..

"Oh ya udh. Tapi kalau bayarnya pas gajian boleh?"

"Gapapa ustadz"

2 Hari itu berlalu, ternyata si penjual kemeja belum datang ke pondok. Hingga di hari ketiganya, ustadz ini mengirim pesan WA.

"Assalamu'alaikum"

Belum dibaca sama si penjual kemeja ini,
Tapi udh kelihatan sih.. kan ada notifikasi nya.. peka dia.. langsung lah meluncur..

"Assalamualaikum ustadz. Hehehe. Maaf ya baru dateng hari ini nih. Tadi ngirim WA ya? Kenapa?"

" Wa'alaikumussalam. Oh itu.. ana tuh mau cerita tadi. Hehe. Kayanya cakep nih.."

"Cerita apa ustadz?" Tanya penjual kemeja penasaran.

Ternyata ustadz ini menceritakan soal masalah kemarin yg ia lakukan.


"Jadi kan kemaren itu abis pulang ya. Duit tinggal ceban tuh. Pas nyampe pondok ketemu satpam. Gak tau kenapa, rasanya pengen ngasih. Dikasih dah. Padahal itu uang terakhir" ustadz itu mulai cerita

"Nah, makanya pas kemaren ana bilang *tapi uangnya abis gajian aja ya*. Itu dia, soalnya uangnya bener bener gak ada lagi. Tapi..." Lanjut nya.

"Tapi apa pak ustadz?" Tanya penjual kemeja itu.

"Tapi ternyata Allah itu Maha Benar. Allah selalu tepati janjinya." Jawabnya mantap

" Jadi sebenarnya ketika abis ngasih uang ini ana itu berbuat salah, bahasa kasarnya maksiat lah. Hehehe. Kirain ana, ini pahala sedekah ilang. Ya secara kan, abis berbuat baik eh berbuat buruk. Tapi ternyata engga begitu, ternyata Allah itu sesuai dengan firman-nya *Sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.* Tau kan ayat itu???" 

"Iya ustadz tau, cuma surat apa ya? Ayat berapa?"

"Hehehe. Ana juga lupa.. pokoknya itu dah ayatnya"

"Terus gimana ustadz lanjutannya?" Si pemula Kemeja penasaran

"Oh iya.. Alhamdulillah tuh, besoknya dapet rezeki. Dikasih uang 500 ribu sama orang rumah. Nah sekarang ana bisa bayar cash deh Kemejanya. Nih uangnya"

"Iya ustadz makasih nih.."

"Iya sama sama.. gini nih. Subhanallah kan, uang 10 ribu diganti 500 ribu. Padahal abis sedekah juga maksiat. Astaghfirullah.. tapi tetep Allah ganti"

"Iya ustadz. Mungkin sebenernya juga engga 500 ustadz, lebih.. Karena ustadz maksiat aja kali, jadinya di korting. Hehehe"

"Owalah. Hehehe. Bisa jadi tuh..."

Nah, begitulah kisahnya. Jadi, *Allah gak akan sia-siakan amal baik kita*. Amal baik itu akan tetap diberi balasan.. yakin aja...

Oh iya, udh Nemu nih ayat yg di atas, hehehehe. Ternyata itu adalah *QS. Huud: 115*

Semoga bermanfaat...





Rabu, 14 Maret 2018

PERJALANAN PEMBUKTIAN BAHWA ALLAH MAHA MENGABULKAN DO'A PART #4



Sebelum baca ini, baca dulu artikel part 3 disini


“ham, gimana kalau sebelum pulang, kita sekali lagi nyari di sungai?” tanya asep

“oke siap.” Jawabku setuju

“oh iya sep, sekarang kita sambil nyari, sambil menuju jalan pulang, kita shalawat ke Rasul dah” lanjutku memberikan usul.

“shalawatnya  yang Allahumma Shalli ‘ala sayidina muhammad wa ‘ala ali sayyidina muhammad ya ham?” tanyanya

“iya sep” jawabku singkat

Mulai lah kami melantunkan shalawat di lisan kami. Berusaha terus bershalawat di sepanjang proses pencarian terakhir ini hingga menuju jalan pulang ke tempat parkir.

Dan ternyata.... Alhamdulillah hasilnya kita bisa shalawat sepanjang jalan itu. Gimana sama kuncinya? Ya Alhamdulillah tetep gak ketemu. Hehehe.

 Sepanjang jalan menuju parkiran, kami mencari ide lain, mencari alternatif lain untuk bisa pulang ke rumah. Sepertinya kami sudah benar-benar pasrah dengan ikhtiar yang tadi. Sekarang kita nyari ide untuk ikhtiar yang lain.

Setelah sudah dekat dengan parkiran, kami gak langsung ke parkiran, kami duduk duduk dulu di kursi yang ada di bawah pohon, sambil saling mengeluarkan pendapat,

“hm... gimana ya ham? Tetangga nte yang tadi udah pulang lagi.”

“iya lagi, gimana ya? Apa ana harus telpon orang yang dikontrakkan ibu ya buat bawain motor ke sini?”

“jangan dulu deh ham, kita ikhtiar lagi, gimana kalau kunci motornya di bongkar aja?”

“dibongkar? Yakin nte?”

“iya ham, yang penting bisa nyala dulu dah motornya”

“lah terus emng bisa bongkarnya?”

“ya kita cari bengkel aja, biar dia yang ngakalin”

“eh, oke deh”

Bertanya lah kita sama bapak bapak yang ada di situ,

 “pak, disini bengkel ada dimana ya?”

“bengkel ya? Hm.. disini mah jauh palingan disana, gak ada yang deket”

“oh gitu pak, pada jauh ya?”

“iya... eh sebentar, ada ada tuh disana, yang deket tempat steam motor”

“yang disana itu pak?”

“iya itu yang ada pasar malamnya.”

“oke pak makasih..”

Berjalan lah kami menuju kesana, dengan hati yang benar-benar pasrah. Bahwa kuncinya benar-benar ilang dan gak ketemu. Tapi masih berharap ada keajaiban. Karena kalau menurut logika, itu kunci jatuhnya pas si Asep buka celana panjangnya atau di sungai, soalnya pas di sungai pertama kali lewat itu dia loncat-loncatan gitu.



Pas nyampe bengkel, banyak orang yang ada di situ, dan sedikit canggung juga buat nimbrung, tapi kami memberanikan diri, kami mulai membuka percakapan,

“Assalamu’alaikum, permisi a, bisa bongkarin kunci motor?”

“wa’alaikum salam, emng kenapa motornya?”

“kuncinya ilang a..”

“oh kuncinya ilang..”

“iya a, bisa engga?”

“motor apaan emng?”

“motor matic a, bisa gak?”

“bisa aja sih, sekarang motornya dimana?”

“di parkiran a..”

“parkiran mana?”

“yang disana itu a, yang lewat jembatan”

“oh parkiran lebak”

“iya a disana.”

“bisa dibawa ke sini engga?”

“engga a”

“eh dikunci leher ya?”

“iya a”

Ya udah tuh dia nyuruh temennya buat bawa tuh motor ke bengkelnya. Soalnya gak mungkin buat bawa alat alat bengkel ke sana.

Dan ternyata, udah ada motor khususnya, motor buat ngangkut motor. Sepertinya kejadian seperti ini memang sering terjadi disini.

Ternyata eh ternyata, motor pengangkutnya itu masih bermuatan motor lainnya, yaitu motor pengangkut juga, jadi motor pengangkut itu masih bermuatan motor pengangkut lainnya. Kok jadi ribet gini ya kalimatnya, hehehe. Pokoknya gitu deh.

Nah, ngangkat buat ngeluarin motor yang satunya ini gak gampang, soalnya dia agak lebar gitu motornya, kan ada yang buat tempat ngangkut motor lain gitu. Ampe di keroyok berempat baru bisa keluar. Hehehe.

Pas udah bisa keluar, baru dah beraksi dia.

“Ya udah sep, nte yang ke parkiran buat nganterin dia ya, ana nungguin disini” ungkapku

Aku ingin mencegah dari hal hal buruk yang kemungkinan bisa terjadi, makanya memilih untuk nungguin di tempat. Dan Aseppun langsung jalan dia.

Berselang waktu, tak lama orang itu kembali lagi, tanpa membawa motor Asep ataupun si Asepnya. Sontak aku keheranan “kok dia gak bawa motornya? Susah atau gimana ya?”



“a, kenapa? kok motornya gak dibawa?” tanyaku keheranan

“kuncinya ketemu katanya..” jawabnya singkat

“hah!? Ketemu!?” tanyaku sambil mengerenyitkan alis mata karena makin keheranan

“iya” jawabnya

Aku tak sabar untuk menunggu Asep di tempat bengkel ini, aku segera meluncur ke sana. Ingin tahu bagaimana kenyataannya.

Dan ternyata si Asep sudah sampai jembatan, sedang mengendarai motornya. Sepertinya itu memang beneran, kuncinya ketemu, lah itu motornya udah bisa di jalanin.

“sep, kuncinya ketemu?” tanyaku dengan semangat

“iya ham, Alhamdulillah ketemu” jawabnya dengan senyuman lega

“ketemunya dimana sep?”

“bapak-bapak yang tadi itu lho, yang kita mampir, ditemuin sama dia”

“lha, nemuin dimana dia?”

“di warung katanya”

“lho, kan tadi kita udah nyari ke warung itu, terus gak ada.”

“eh iya ya”



Kami benar-benar masih keheranan, soalnya kami sudah mencari ke warung itu, dan kami membuktikannya sendiri, bahwa di warung itu tak ada, lagian juga keadaannya pas di di warung itu celana panjang si Asep sudah di pakai lagi. Bener-bener gak ada kemungkinan kalau jatuh disana kalau menurut logika mah.

 “ya udah kita pulang dah” kataku

“oke siap..” jawabnya semangat

“eh ntar dulu sep,”

“kenapa ham?”

“si bapak yang tadi mana?”

“gak tau deh, tadi sih di parkiran”

“ya udah kita ke sono”

“mau ngapain?”

“ya kasih uang kek, tanda terima kasih gitu sama dia”

Pas kita balik lagi, ternyata si bapaknya sudah tak ada di parkiran, mungkin dia sudah pulang ke warungnya, tapi kok cepet banget ya ngilangnya, padahal kita juga masih di jembatan, dan kalau mau ke warung itu, pasti lewat jalan sini, kan kalau jalan atas harus nyebrang sungai, jauh pula.



Ya udah deh, pas pengen pulang, ngasih uang dulu dah sama si Aa tadi yang mau angkut motor, sebenernya dia nolak, tapi kami juga gak enakan. Ya udah pokoknya kami maksa dia biar nerima uang itu, ya meskipun uangnya sedikit. Itung-itung tanda terima kasih lah, udah ngerepotin.

Dengan perasaan hati yang sangat lega, bahagia bercampur heran dengan kejadian ini, kamipun bergegas pergi menjauh dari tempat ini, sepanjang jalan, aku terus cengengesan, soalnya ini bener-bener kaya mimpi, kaya sinentron, pokoknya kaya film yang udah di atur gitu dah.

“sep, tau gak?” aku mulai membuka percakapan di perjalanan ini

“apaan ham?”

“ternyata, Allah itu bener-bener ngabulin do’a kita”

“hm... iya ham”

“ya iyalah, do’a pertama yang dikabulin apaan?”

“apaan ham?”

“eh si anak gak ngerasa. Tahu kan kalau setiap kata yang terucap itu Do’a? Dan do’a itu bakalan dikabulin sama Allah? Nah, yang pertama nte inginin kan ngojay, berenang, basah basahan gitu kan kalau berenang?”



“eh iya ham”

“iya, kan kata nte juga, yaaaah, kecewa ah gak ngojay. Allah kasih dah nte buat ngojay, biar nte gak kecewa. Dibikin ilang dah kuncinya, hingga nte berinisiatif buat turun ke sungai dan ngojay, basah-basahan dah tuh di sungai. Allah kabulin langsung tuh do’anya. Dikabulin cash.”

“hehehe, iya juga ham”

“iya lah, makanya hati-hati kalau ngomong. Allah Maha Mendengar, Maha Mengabulkan Do’a”

“untung tadi kita juga sempet do’a biar selamat, Alhamdulillah dibayar Cash juga, dikabulin langsung. Buktinya dengan keadaan seperti tadi, kita selamat nih. Padahal bisa paja tiba-tiba Allah kirim air bah, tiba-tiba airnya gede gitu, terus kita kebawa arus. Kelar dah. Innalillahi kita. Kan bisa aja, lagian tadi abis hujan juga. Atau bisa juga di sungai itu ada buaya atau ular gitu, eh kita di makan. Lah itu bisa aja, ini kan alam liar. Tapi apa? Allah selamatkan kita tuh”

“iya ham bener. Bener juga kata nte, kalau tugas kita Cuma ikhtiar, sisanya biar Allah, Allah yang ngasih hasil. Kita nyari ampe lama-lama tapi gak ketemu, dicari ke warung udah, ke jalan udah, ke sungai udah, dua kali malahan. Tapi hasilnya, kita gak dapet apa apa. Pas kita udah mulai pasrah, baru deh Allah kasih hasilnya. Ditemuinnya di warung, sama bapak itu, padahal pas kita nyari ke warung gak ada. Dan gak ada kemungkinan juga sih sebenernya kalau kuncinya itu jatuh di warung.”



“iya sep, dan nyatanya, memang kalau kita ngarep sama Allah, kita Husnudzan sama Allah, gak bakal dikecewain. Bener kalau Allah itu sesuai prasangka hambanya. Kita Husnudzan dan yakin kalau kunci itu bakal ketemu, ternyata beneran ketemu juga.”



Aku terus tersenyum lega. Malu sama Allah. Dapet kejadian semantap ini. Skenario sangat indah sekali dari Sang Maha Pencipta.

“pokoknya sep, sampe kita nyampe ke rumah, kita jangan berhenti dzikir Laa Haula Walaa Quwwata illaa billahil ‘Aliyyil Adziem

“oke ham..”

Alhamdulillah, kami terus berdzikir dengan penuh senyuman syukur. Syukur karena sudah diselamatkan dari kemungkinan musibah besar, syukur karena kuncinya ketemu, syukur karena dapet pengalaman dahsyat macam ini.

Laa Haula Walaa Quwwata illaa billahil ‘Aliyyil Adziem”


MENJEMPUT KEAJAIBAN BERQURBAN

Assalamu’alaikum.. gimana kabarnya hari ini? Saya do’akan, semoga Anda selalu mendapatkan Keajaiban.. Amin Orang kaya berqurban, i...