Minggu, 18 Maret 2018

HARUSKAH MENJADI ALIM DULU SEBELUM MENYURUH ORANG???




Ketika itu, saya pernah membaca artikel yang salah satu kutipan kalimatnya..

“orang yang cerdas adalah orang yang berdakwah sampai alim, bukan nunggu alim dulu baru berdakwah”

Gimana? Setuju kah sama kalimat ini? saya sih termasuk yg setuju. Tapi, kalimat ini bisa ditentang banget sama mereka yang berpegang teguh sama surat Shaff ayat 2-3.

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)

Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)

Dengan berlandaskan ayat itu, jika ada orang yang berbagi ilmu, berbagi nasehat, eh malah dibalikin “kamu udah ngerjain belom? Jangan Cuma ngomong doang..” ada juga yang bilang “kaya sendirinya udah bener aja”. Jangan gitu lah boss, gimana sih rasanya kalau kita digituin? Engga enak kan...

Bener gak kalau respon kaya gitu? Kayanya kurang tepat deh. Baca deh surat Al-Ashr. 

“saling menasehati dalam kebenaran, saling menasehati dalam kesabaran”

Tuh, Saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran di ayat itu gak pake syarat lho. Jadi kalau ada yang berbagi ilmu, berbagi nasehat, alangkah lebih baiknya kita berlaku bijak. Jangan malah nyinyir.

Coba bilang sama dia “Alhamdulillah ada yang ngasih ilmu, alhamdulillah ada yang nasehatin, moga aja kita bisa dimudahkan dalam mengamalkannya”. Nah gitu dong boss. Kan enak respon nya. Apalagi tambahin senyum dah...

Jangan selalu kita nuntut orang buat bener dulu, baru ngajak kita. Mendingan bareng bareng ngebenerin diri...

Coba deh, sekarang perhatiin dulu perkataan ulama, yang udah mantep ilmunya, jangan sampai kita menyimpulkan sendiri, sedangkan ilmu belum mumpuni..

Sa’id bin Jubair mengatakan, “Jika tidak boleh melakukan amar makruf dan nahi mungkar kecuali orang yang sempurna niscaya tidak ada satupun orang yang boleh melakukannya.” Ucapan Sa’id bin Jubair ini dinilai oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat. (Tafsir Qurthubi, 1/410)

Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata kepada Mutharrif bin Abdillah, “Wahai Mutharrif nasihatilah teman-temanmu.” Mutharrif mengatakan, “Aku khawatir mengatakan yang tidak ku lakukan.” Mendengar hal tersebut, Hasan Al-Bashri mengatakan, “Semoga Allah merahmatimu, siapakah di antara kita yang mengerjakan apa yang dia katakan, sungguh setan berharap bisa menjebak kalian dengan hal ini sehingga tidak ada seorang pun yang berani amar makruf nahi mungkar.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)

Al-Hasan Al-Bashri juga pernah mengatakan, “Wahai sekalian manusia sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal aku bukanlah orang yang paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah. Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENJEMPUT KEAJAIBAN BERQURBAN

Assalamu’alaikum.. gimana kabarnya hari ini? Saya do’akan, semoga Anda selalu mendapatkan Keajaiban.. Amin Orang kaya berqurban, i...