Ketika itu, saya pernah membaca artikel yang salah
satu kutipan kalimatnya..
“orang yang cerdas
adalah orang yang berdakwah sampai alim, bukan nunggu alim dulu baru berdakwah”
Gimana? Setuju kah sama kalimat ini? saya sih termasuk yg setuju. Tapi, kalimat
ini bisa ditentang banget sama mereka yang berpegang teguh sama surat Shaff
ayat 2-3.
“Wahai orang-orang yang beriman,
kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian
di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
(QS. As-Shaff: 2-3)
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)
Dengan berlandaskan ayat itu, jika ada orang yang berbagi
ilmu, berbagi nasehat, eh malah dibalikin “kamu udah ngerjain belom? Jangan
Cuma ngomong doang..” ada juga yang bilang “kaya sendirinya udah bener aja”. Jangan
gitu lah boss, gimana sih rasanya kalau kita digituin? Engga enak kan...
Bener gak kalau respon kaya gitu? Kayanya kurang tepat deh.
Baca deh surat Al-Ashr.
“saling menasehati
dalam kebenaran, saling menasehati dalam kesabaran”
Tuh, Saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati
dalam kesabaran di ayat itu gak pake syarat lho. Jadi kalau ada yang berbagi
ilmu, berbagi nasehat, alangkah lebih baiknya kita berlaku bijak. Jangan malah
nyinyir.
Coba bilang sama dia “Alhamdulillah ada yang ngasih ilmu,
alhamdulillah ada yang nasehatin, moga aja kita bisa dimudahkan dalam
mengamalkannya”. Nah gitu dong boss. Kan enak respon nya. Apalagi tambahin senyum dah...
Jangan selalu kita nuntut orang buat bener dulu, baru ngajak kita. Mendingan bareng bareng ngebenerin diri...
Coba deh, sekarang perhatiin dulu perkataan ulama, yang udah
mantep ilmunya, jangan sampai kita menyimpulkan sendiri, sedangkan ilmu belum
mumpuni..
Sa’id bin Jubair mengatakan, “Jika tidak boleh melakukan
amar makruf dan nahi mungkar kecuali orang yang sempurna niscaya tidak ada
satupun orang yang boleh melakukannya.” Ucapan Sa’id bin Jubair ini dinilai
oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat. (Tafsir
Qurthubi, 1/410)
Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata kepada Mutharrif bin
Abdillah, “Wahai Mutharrif nasihatilah teman-temanmu.” Mutharrif mengatakan,
“Aku khawatir mengatakan yang tidak ku lakukan.” Mendengar hal tersebut, Hasan
Al-Bashri mengatakan, “Semoga Allah merahmatimu, siapakah di antara kita yang
mengerjakan apa yang dia katakan, sungguh setan berharap bisa menjebak kalian
dengan hal ini sehingga tidak ada seorang pun yang berani amar makruf nahi
mungkar.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)
Al-Hasan Al-Bashri juga pernah mengatakan, “Wahai sekalian
manusia sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal aku bukanlah
orang yang paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. Sungguh aku
memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya
selalu taat kepada Allah. Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat
kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya niscaya hilanglah
para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar