Rabu, 14 Maret 2018

PERJALANAN PEMBUKTIAN BAHWA ALLAH MAHA MENGABULKAN DO'A PART #3


Untuk Baca part #2 silahkan klik disini


Kami masih meneruskan pencarian kunci itu, panik sih. Tapi TENANG nya lebih dominan. Seolah-olah kaya di film film gitu, seolah-olah tahu kalau akhirnya bakal Happy Ending. Padahal belum ada tanda-tanda kalau kuncinya bakal ketemu. Hahaha.

Tapi, kami YAKIN sama Allah, bahwa “Allah bakal mentakdirkan kami menemukan kunci itu”. Itu modal pertama mungkin, YAKIN. Dikasih deh ketenangan meskipun dalam keadaan yang wajarnya memang panik. Hingga dengan keyakinan ini, kamipun masih bisa tersenyum dan bercanda.

Setelah sampai di gubuk tempat kami beranjak naik dari sungai, kamipun memulai diskusi,

“tar dulu sep, emng itu bener kuncinya ditaro di kantong?”  aku mulai dengan pertanyaan.

“iya ham, seinget ana kuncinya di taro di belakang, di celana panjang. Terus.. eh tadi ana buka celana panjang ana ya?” asep mulai teringat kejadiannya.

“iya bener sep, tadi nte buka celana panjang nte. Di sana kan nte bukanya?” jawabku sambil menunjuk ke sebrang sungai sana.

“wah iya ham, kayanya jatuh di sono deh.” Asep mulai menduga

“wah bisa jadi sep.” Jawabku menguatkan.

Air sungai yang awalnya kecil dan jernih, sekarang sudah deras dan berwarna coklat kotor. Batu batu yang sebelumnya terlihat juga sudah banyak yang tak bisa terlihat lagi. Airnya benar-benar sudah deras.

“terus gimana nih sep? Kita ke sono? Air nya deres banget lagi” tanyaku dengan cemas

 “iya ham, ya udah biar ana aja, nte gak bakal kuat” jia elah. Hahaha. udah kaya dilan aja kata katanya. Gak segitunya juga sih kata-kata si Asep. Hehehehe. Tapi kurang lebih gitu lah maksudnya.

“engga sep, ana temenin lah. Temen macem apa ana kalau gak mau bareng-bareng..” jawabku tegas.

“ya udah ham, kita nyari kayu dulu dah, biar kita bisa saling pegang ujungnya.” Asep mengeluarkan idenya.

“oke” jawabku setuju.

Nemu dah kayunya, kita buka sendal, takut licin. Jalan dah kita melintasi air sungai yang cukup deras ini.

Airnya benar-benar deras, beberapa kali kakiku tersapu oleh air itu dan hampir jatuh. ketinggian airnya juga rata sampai paha. Meskipun ada beberapa tempat yang yang masih sebetis. Tapi tetap saja alirannya deras, kencang. Hingga berkali kali kami ingin jatuh dan terbawa arus.

Aku berdo’a dalam hati,

“Ya Allah, selamatkanlah kami”




Hingga akhirnya, dengan keadaan celana basah, Alhamdulillah kami sampai juga di tepi sungai tempat kami pertama turun.

Kami mulai lagi pencarian, kami raba raba rumput disana, di tarik satu persatu rumputnya, dibuka bukain yang tertutup, hingga tanahnya kelihatan. Lumayan lama kami mencari. Dan berharap  bahwa kunci itu bakal ketemu di tempat ini. Dan.... setelah lama mencari... hasilnya nihil. Kunci tak ditemukan.

Tapi kami masih tetap HUSNUDZAN bahwa kunci itu akan ditemukan. Mengingat bolehnya bertawasul dengan amal baik, akupun berdo’a,

“Ya Allah, tadi pagi kami udah bagiin sarapan gratis, berbagi kebahagiaan kepada yang lainnya. Gak mungkin dong kalau Engkau membalasnya dengan kesedihan. Tolong Ya Allah, temuin kuncinya..”

Selalu ada harapan bagi yang berdo’a



Dan memang begitulah nyatanya, harapanku masih tetap ada, aku masih tetap Husnudzan sama Allah, kalau Allah bakal mempertemukan kunci itu dengan kami.

Setelah menyerah dan lelah mencari di tempat ini, Asep pun kembali berpikir,

“ham, ana mau nyari dulu di sungai ya.” Ungkap Asep.

“owalah, yang bener aja sep? Liat noh airnya deres.” Jawabku cemas

“iya gapapa, nte tungguin disini, biar ana aja..” jia elah, kembali lagi dilan nya. Hahaha.

“engga gitu lah sep, tetep ana bantuin..” jawabku tegas.

 Kami berdua pun turun lagi ke sungai itu, menyusuri tempat yang kami lewati pertama kali. Dan mulai memasukkan tangan ke air itu. Meraba-raba mencari kunci di air. Kalau menurut logika, ya pastinya tuh kunci kebawa arus lah. Secara, airnya deres.

Hati bener-bener gak karuan. Lah dengan keadaan abis hujan, air sungainya deres, hingga beberapa kali kami ingin terbawa arus, orangpun tak ada yang berlalu lalang, keadaan cuacanya juga cukup gelap, eh kami malah turun ke sungai coba, nyari kunci. Mana ini masih alam liar. Bisa jadi masih ada ular ataupun buaya.

Yang paling aku takutkan itu kalau tiba-tiba ada air bah. Astaghfirullah. Tiba-tiba gitu air besar datang menyapu. Dan memang itu sering terjadi di sungai sungai. Tiba-tiba air besar datang menyapu. Kalau memang terjadi seperti itu, ya mungkin gak akan ada tulisan ini. Karena penulisnya kebawa arus sungai. Astaghfirullah. Pasrah aja tuh sama Allah dah.

“Ya Allah, ini hanya ikhtiar kami. Engkau yang memberikan hasil”




Aku kencangkan do’a itu. Asep pun mendengar dan sejenak melihatku. Kami terus melanjutkan pencarian. Akupun bilang sama dia,

“sep, ini Cuma usaha kita, ikhtiar kita, ikhtiar itu engga nentuin hasil. Tau kan gimana Siti Hajar mencari sumber air? Ya begitulah, tugas kita Cuma ikhtiar, Allah yang ngasih hasilnya. Yakin aja..”

 “Iya ham” jawab Asep dengan menghela nafas dan mengangguk

Sebenernya udah bener-bener gak mungkin buat nemuin kunci kecil disungai sebesar ini, mana airnya deras. Kami aja hampir kebawa arus, apalagi kunci kecil kaya gitu, udah kemana tau kali.

Ya pokoknya gak mungkin lah, gak ada kemungkinan sedikitpun buat nemuin kunci di sungai besar yang airnya deras ini. Tapi, ya inilah ikhtiar yang bisa kami lakukan. Berusaha dulu meskipun gak ada kemungkinan buat nemuin. Setidaknya udah ikhtiar.

Setelah lama mencari,  Dengan pakaian basah kuyup yang dikenakannya, Asep pun berkata,

“ham, kayanya harus shalat Ashar dulu deh.” Ungkap Asep.

“iya sep bener. Kita harus shalat Ashar dulu” jawabku setuju.

“tapi pakaian ana basah kuyup gini, emng gapapa?” tanyanya ragu

“darurat sep, gimana lagi, lah kita gak bawa pakean yang lain lagi. Daripada keburu abis waktunya” Jawabku

“oh ya udah deh, dimana nih kita mau shalat?” tanya asep

“nah, disana tuh ada gubuk sep, yang tadi itu lho. Kita shalat di sono aja dah.. yuk..” jawabku yakin.

Ya udah kami segera mengambil air wudhu dengan air sungai itu. Yang mana ketika itu airnya coklat, sepertinya sudah tercampur dengan tanah. Tapi air sungai kan termasuk yang boleh digunakan untuk bersuci, ya udah wudhu di situ deh. Meskipun airnya kotor kotor gitu, dan yang paling kerasa itu pas ngebasuh muka, beuh. Air coklat gitu dibasuhin ke muka. Ya tapi mau nyari air kemana lagi.

Selesai wudhu, ke gubuk deh. Ada bale (kursi panjang) yang tersedia disana, bisa lah dipake untuk imam dan ma’mum.

“ham, shalatnya sendiri sendiri aja ya, gak muat noh.” Ungkap Asep

“engga engga, harus jama’ah pokoknya, muat kok..” jawabku menolak

“eh terus ini kiblatnya kemana?” tanya asep bingung.

wah, qadarullah ada bapak-bapak  yang lagi menggembalakan kambing lewat,

“biar ana tanya aja sama bapak itu” terangku.

“pak maaf, mau tanya, ini kiblatnya kemana ya?” tanyaku berusaha sopan

“mau shalat?” tanya bapak itu

“iya pak” jawabku

“kiblatnya miring kesana tuh” bapak itu menjawab sambil menunjuk ke arah serong kiri.

“oh oke pak, makasih” jawabku ramah

“iya sama sama”

Ya udah tuh kursinya dimiringin dulu, si Asep komat tuh, eh abis itu ngomong,

“ham, shalatnya jangan lama lama ya..” pintanya..

“eh eh eh. Justru harus lama sep. Lagi keadaan kaya gini juga” jawabku

“hehehe. Shalatnya jangan lama lama, dzikirnya aja yang lama..” Asep masih ngeyel

“et dah, udah gimana imam aja, ma’mum tinggal ikut.” Jawabku tegas

“eh oke deh. hehe” Jawabnya pasrah.

 Shalat dah tuh. Abis shalat, dzikiran dulu, meskipun gak lama. Do’a deh.

“Ya Allah, kami udah ikhtiar, karena kami yakin kalau engkau sang Maha Pengabul Do’a, maka sekarang kami juga berdo’a agar Engkau mempertemukan kunci itu dengan kami, agar kami bisa pulang. Kami kan tadi pagi udah berbagi kebahagiaan, gak mungkin kan kalau Engkau membalasnya dengan ini. Kami pasrah Ya Allah, apapun hasilnya, pasti itu yang terbaik, yang penting kami udah ikhtiar, udh do’a.”

Untuk Part #4 silahkan klik disini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENJEMPUT KEAJAIBAN BERQURBAN

Assalamu’alaikum.. gimana kabarnya hari ini? Saya do’akan, semoga Anda selalu mendapatkan Keajaiban.. Amin Orang kaya berqurban, i...